Sabtu, 29 Maret 2008

setengah jalan

Setengah Jalan

Mengulang kisah
Mencari jejak kembali

Ketika masa setengah jalan
Kau cari jalan kembali

“Lihatlah, batas disisi rembulan itu
Garis lurus cakrawala
Antara petala petala senja”

Engku semakin dekat, Tuan..
Dekat

Kemasi diri,
Iringilah matahari
Karena batas itu pasti

Ponorogo, 2005

my little angel

My little angel

Sore itu bercerita tentangmu
Dari balik jemari lentikmu mimpi itu datang
Kata kata
Ajakmu menari dan terbang

Malam ini ku mau mutiara terjaga
Teruntukku, teruntukku
Ketika aku sebut namamu
My little angel, kubawakan bintang

Dan kita bercerita tentang dunia
Dunia kata kata dari bongkahan awan

Ponorogo, 2007

my little angel

My little angel

Sore itu bercerita tentangmu
Dari balik jemari lentikmu mimpi itu datang
Kata kata
Ajakmu menari dan terbang

Malam ini ku mau mutiara terjaga
Teruntukku, teruntukku
Ketika aku sebut namamu
My little angel, kubawakan bintang

Dan kita bercerita tentang dunia
Dunia kata kata dari bongkahan awan

Ponorogo, 2007

surat untuk Tuhan

Surat Untuk Tuhan

Sore ini begitu pekat, Tuhan.
Aku ingin menangis saja, menangis darah yang tak kunjung kering
Dari kitab kitab kedamaian yang Engkau turunkan
hanya bait bait cinta yang kurasakan.
Aku rindu ketenangan, aku rindukan kedamaian.

Mungkin bumi belum memaklumi jikalau aku kotoran
Sampah yang terlahir dari beberapa ayat di rahim bunda.
Hingga bergerak gerak pola pola dusta itu,
Aku ingin kembali, Tuhan.
Menanggung sesak yang menusuki hati

Huh…..
Aku juga belum tahu bagaimana ini
Sepertinya kerangka kerangka kosong yang harus aku isi
Beberapa soal yang Engkau turunkan lewat malaikat malaikat…
Soal kering tentang luasnya dunia, iman, ikhtiar, doa dan tawakkal.


Ponorogo, 2007

tarian luka

Tarian Luka

Para pencari sampah, menarilah
Hujan telah reda
Mungkin banjir akan surut, agar engkau bisa menyambung
Tali di lehermu yang mulai rapuh

Para pengemis, menarilah, walaupun..
Tangan dan kakimu terlalu mulia untuk menengadah
Mungkin air mata mereka akan keluar. Walau sedikit
Engkau bisa minum hari ini

Para pengamen, menarilah
Meski dawai gitarmu mati
Mungkin mereka akan terhibur
Agar engkau dapat terus bernyanyi

Para penimbun yang perutnnya tambun, menarilah
Mungkin mereka akan tersenyum
Walaupun kemudian mereka menatapmu penuh nafsu
Lalu melahapmu! Jangan takut…

Menarilah…
Ponorogo, 2006

Jumat, 28 Maret 2008

terpasung dalam hitam

Terpasung dalam hitam

Terpasung aku di bawah jendela
Katakan pada siang
Dari ketertinggalan, aku semakin jauh hilang

Tersesat di bumi malam
Hanya ada hitam
Hanya ada kelam

Ponorogo, 2006

untuk lee

Untuk, Lee

Setelah percakapan semalam
Aku melihat senyummu tertinggal
Di keluguan langit
Dan bodohnya esok pagi

Lee, apakah engkau melihat
Darah adam mengalir kemudian tersekat
Lingkaran lingkaran warna
Begitu pekat

Mungkin matahari pagi ini
Menginginkan senyummu
Kala menyatu
Dalam aliran nadi

Dimana tumbuh bunga bunga

Ponorogo, 2006

untuk masa

Untuk masa


Tanyakan dan bersujudlah, sebelum datang masa
Ketika matahari terbit malam hari
Dan bulan bersinar disampingnya

Bocah bocah berhenti mengangis
Ibu mereka terpaku, pilu
Sejalan penuh telah terkayuh, sejenak, semua terhenti

Detak detak jantung terus merengek meminta
Seiring sejauh memandang
Harapan gersang

Manusia mulai berlari, mengorek-ngorek isi hati
Menghisapi air mata yang tersisa, dan terus meminta
Matahari kembali esok pagi hari

Tetapi semua berlalu…

Ponorogo, 2005

Rabu, 26 Maret 2008

my little angel...

tanpa judul

Tanpa judul


Tiang tiang gantungan telah penuh
Mayat bergelantungan, masihkah tersisa?
Urat leher untukku menggantungkan
Asa yang sesak, geram yang bebal

Rapuh ku terjajah hidup,
Terpenjara kebebasan antarra kemunafikan dan keharusan
Carikan kutempat untukku berbuat
Tanpa ku ragu

2007

ksatria dunia

Ksatria dunia

Mimpi hina cerita dunia, tawanya sabur
Hambar tangis istri ksatria yang gugur

Di medan tempur;
Asap telah terbang di bawah kilatan pedang
Bau busuk bangkai para pejuang
Apa yang ia perbuat, langitpun membisu….

Episode hidup yang menipu
Tawa, tangis, bahagia, sedu sedan cerita pemainya

Berjalanlah! Engkau tidak tuli bukan?
Tangan Tuhan telah menyapamu semenjak pagi, wahai sketsa tua
Yang semakin redup. Lihatlah engkau lilin
Harap kekal sedangkan fajar telah tampak

Bukan kediaman engkau terus terdiam
“Tapi persinggahan untukmu berjuang”

Engkau sang ksatria, angkatlah pedang!
Cerita hampir usai dan engkau masih tersungkur
Jangan pura pura membusuk
Hambar tangis istri ksatria yang gugur

Bukankah engkau sering bercerita
Tentang nyawa tercerabut dan darah yang mengalir
Pedang yang garang “malaikat telah datang!”
Engkau juga bercerita “suatu ketika aku pernah terikat”

Gagak hitam terbang
Ksatria berjalan menghunus pedang
Gagah berani mengangkat panji
Disenja hari iapun jatuh tersungkur. Mati

Hujan air mata diatas pusaramu, ksatria, hanya penyejuk tanah
Taburan bunga hanya penghormatan
Taburan bunga hanya penghargaan
Bukan penyelamatan

Ponorogo, 2005

kota malam

Kota Malam

Kota malam yang sepi
Hanya ada tubuh, ketika darah tertahan,
Dingin gedung gedung
Menyekat pengemis jalanan dalam tembok tembok
Kaku

Sepasang kaki merayap
kutatap hitam
Dari pinggiran trotoar
Lalu naik disebuah jembatan

“Ah, Lebih baik aku pulang”

Penjaja malam itu sudah tergantung!
Dipagar pagar

Surabaya 2006

kosong

Kosong

Cahayaku hilang
Dibalik persengketaan

"Garis wajah yang tersegel
Ciptakan horizon mati
Tanpa ekspresi
Lalu mati"

Maukah kau kembalikan cahayaku
Biar bisa terus berpendar

Ponorogo, 2007

kala kata bersujud

Kala kata bersujud

Kekeringan bergulir memecah hati
Gemerincing asa berguguran.
Kini mati, berjalan dalam remang remang.

Masihkah ada tersisa untukku bicara
Kala kata bersujud syahdu
Padamu, nafsu

Ponorogo, 2008

kala kata bersujud

Kala kata bersujud

Kekeringan bergulir memecah hati
Gemerincing asa berguguran.
Kini mati, berjalan dalam remang remang.

Masihkah ada tersisa untukku bicara
Kala kata bersujud syahdu
Padamu, nafsu

Ponorogo, 2008

kabar duka..

Kabar Duka

Siapa yang akan membahasakan
Kata hati
Yang mati
Dari tanah tanah terjarah…..

Ketika waktu membisu
Membacakan kabar pilu
Dari pucuk-pucuk jati layu
“Anak bangsa kehilangan Ibu…..”

Berita duka bangsa
Menyisakan luka….

Ponorogo, 2006

lucunya... adekku..

maka tersenyumlah...

"salah satu yang membuat saya tenang, adalah keyakinan bahwa jodoh dan harta saya tidak akan diambil orang.. maka tersenyumlah untuk hari harimu. matahari yang pergi siang malampun tidak akan pergi jauh, hanya beranjak sejenak untuk membagi sinarnya. esok ia akan kembali lagi."

Selasa, 25 Maret 2008

4 ratih, lingli

wat lingli, ratih

Ingin sekali aku menyentuhmu
Tanpa ketulusan, tanpa perhatian. Tapi aku rindu
Juga titik titik kedamaian, namun mereka datang dan memelukku
Berikan kesan bahwa semua adalah sama..
Semenjak kutanyakan pada lee, kakakku, iapun terdiam
"apakah darah Adan mengalir lalu tersekat sekat?"
ia hanya bisa membisu. "apakah darah adam mengalir lalu tersekat?"
kuulangi sekali lagi.

Fitrah hati telah terbenam, antara kebiasaan dan kebenaran

Aku ingin sekali menyentuhmu, tanpa ketulusan juga perhatian
Tapi aku rindu. Tapi satu yang bisa ku beri, setetes harapan setiap senja
Dan engkau begitu berharga..

Buat temenku, lili.

hati

Hati

Hati untuk memilih
Tetapi bulan sudah bersinar
Sejak dahulu, dari Sang Pengasih
Api diperut bumi
Atau air ditelaga biru

Tapi putra mengambil api
Untuk membakar hati

Ponorogo, 2005

dulu, untuk lee

Dulu
(Untuk kakakku, Lee)


Tetaplah pandangi subuh itu, Lee
Walau sejarah akan terdiam
Dan waktu tercengang!
Indah bukan?
Dulu kita pernah ketakutan di sana, ingatkah?

Mata merah itu begitu kejam
Engkaupun menangis dan mengajakku pulang
Terbang seperti peri

Orien, Ponorogo, 2006

diam

Diam

Perjalananku terhenti oleh angin
Berhembus dari belakang punggungku
Desir serakah dan kematian
Dingin

Beku syaraf yang terkoyak
Keloni pagi untuk sore yang tertunda
Akupun diam
Bagai rintik rintik yang terganjal

Kini, malam
Telah diam


Ponorogo, 2007
Cinta

Aku ingin bicara
Tentang malam kemarin
Ketika Engkau peluk aku
Kemudian kau buatku bertanya

Sekarang ada dimana?
Setelah engkau bunuh aku!

Ponorogo, 2006

lintang lagi naek kuda, euy...

cinta itu...

Cinta itu…

Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang di saat kamu tidak mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga memberikan kesedihan. Cinta akan berharga jikalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jangan terburu-buru, dan pilihlah yang terbaik.

Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang “sempurna” bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri. Dan karena itu kamu menjadi lebih baik. Jangan pernah mengatakan “I love you” kalau anda tidak perduli. Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang jikalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya jikalau semua yang kamu lakukan hanya kebohongan. Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara anda tidak berniat untuk menangkapnya…

Cinta bukan, “Ini salah kamu”, tapi “Ma’afkan aku”. Bukan “Kamu di mana sih?”, tapi “Aku disini”. Bukan “Gimana sih kamu?”, tapi “Aku ngerti kok”. Bukan “Coba kamu gak kayak gini”, tapi “Aku mencintai kamu seperti kamu apa adanya”.

Kompatibilitas yang paling benar tidak berangkat dari berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian betemu, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas. Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang anda inginkan dan menyayat sedalam yang anda izinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.


'Beginilah kita jatuh hati': jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu. Memang sakit melihat orang yang anda cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang anda cintai itu tidak berbahagia bersama anda.

Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang, lebih menyakitkan apabila kamu dilupakan oleh kekasihmu, tapi cinta akan lebih menyakitkan lagi apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu rasakan.

Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk mengetahui bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya. Kalau dia tidak “worth it” sekarang, dia tidak akan pernah “worth it” setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. Jadi, biarkan dia pergi…….


"..biarpun cinta itu tak terlukiskan, setidaknya anda tahu siapa yang seharusnya anda cintai…." –wiseman-

biarkan kertas itu putih

Biarkan Kertas itu Putih

Biarkan kertas itu putih
Dengan sedikit hitam di dadanya
Yang dengannya,
Ia rengkuh
Tafsiran seisi langit dan bumi

Biarkan kertas itu putih
Karena hitam itu putih..
Dan putih itu putih…

Ponorogo, 2006

aku mulai menulis lagi

Angin

Angin, bawakan aku jawaban
Dari perntanyaan setan
Antara aku dan nafsu

Ponorogo, 2007


aku mulai menulis lagi

Aku sudah mulai menulis lagi

Aku sudah mulai menulis lagi, setelah lama meringkuk
Dalam jeruji penyakit
Jemariku seakan terkikis mati
Di bilik bilik ku sembunyi

Anak anak hati pergi
Mencari kebijakan yang hilang
Pertanyaan pertanyaan yang terketik samar
Dalam lembaran lembaran mulai terbakar

Dengan berjalan ku terbang ke awan
Meski mereka tertawa,
Ha,
Ternyata ku jatuh juga


Ponorogo, 2007

ah!

Ah!

Malam, kaukah itu?
Mengapa tintanya habis,
Sedangkan aku masih mau menulis
Menulis cerita tentang cinta, kasih sayang
Aku sendiri muak membacanya!

Ah!

Malam, kaukah itu
Mengapa terdiam?
‘Muak melihatku?’

Ah!

Ponorogo 2006

ada apa?

Ada Apa?

Ada apa?
Patung yang diam
Berlari
Daun daun meranggas
Dibawah hujan. Hari hari
Gelap
mataharipun tiba tiba meredup

ada apa?
Aku tiba tiba pincang

Ada apa?

Ponorogo, 2005

cerita eyang putri..


Cerita Eyang Putri



Eyang putri duduk di beranda
Melepas pandang di atas kursi roda
Mengulas kembali
Cerita di figura tua
Dari dinding itu…

“Dulu kakekmu pernah berjuang melawan jepang
mengangkat senjata, O, begitu gagahnya
mempertahankan kehormatan
hingga ia harus meninggalkanmu……”

Eyang putri menutup luka itu,
Tangis yang tertahan di ujung malam
“Eyang takut, nak
kehormatan itu menyusul kakekmu…”

Ponorogo, 2006

bejana cinta..

Maaf,

Hujan semalam, sisakan pilihan antara kau dan aku
Antara beberapa jalan hidup
Yang bercabang cabang lalu mengakar di dadamu
engkau bukan ayat ayat Tuhan lagi

kalaupun aku bisa membawakanmu bejana cinta
lalu menumpahkan di rahimmu yang wangi
tetapi lembaran lembaran itu telah kering
dan Tuhan telah mengangkat pena-Nya

aku memang bodoh. Buatmu mati
Dalam perjalanan yang lengang
Beberapa demam tercecer di mukamu yang aneh
Dan kau meludahiku

Kemudian menangis..


Ponorogo, 2007

wat lingli

An Evening in Jogja
Untuk Temanku, Lingli

Masih jelas terlukis di teras senja
Senyum dan tawamu
Merpati putih yang terbang pulang
Buatku tersenyum, sore itu

An Evening in Jogja…
Kepakan sayapya, lembut hiasi jingga
Mataku tertuju, satu
Pada bintang diatas Jogja nan remang

An Evening in Jogja…
Kuharap malam itu tak jadi lucu
Ataupun cerita rindu
Dari batas waktu beriring ragu…

An Evening in Jogja…
Jaga malammu, bawa gelapmu
Ku tak ingin dingin menemaninya pulang
Karena ia adalah bintang

Orhien, Ponorogo 2006

maaf, biasa aja

gadis kecilku

My little angel

Sore itu bercerita tentangmu
Dari balik jemari lentikmu mimpi itu datang
Kata kata
Ajakmu menari dan terbang

Malam ini ku mau mutiara terjaga
Teruntukku, teruntukku
Ketika aku sebut namamu
My little angel, kubawakan bintang

Dan kita bercerita tentang dunia
Dunia kata kata dari bongkahan awan

Ponorogo, 2007

bacalah!

Gerimis dipucuk jati

Gerimis dipucuk jati
Merayapi puisi cinta untuk
Gemerincing jatuh
Ciptakan, tubuhku
Retak
Sisakan kering esok pagi
“ataukah hujan
menghujani mimpi
dari sepi yang tersembunyi”

Ponorogo, 2006